Mungkin untuk diri sendiri, baik untuk sesama, atau terbaik untuk mengungkapkan perasaan (by: nikolaus philander/emsignehta)

Minggu, 26 Oktober 2014

Jangan "Menyalahkan" Sekitarmu!

Apa yang tidak pernah kita ketahui tetapi kita selalu melakukannya? Yup, tepat sekali. Kasus ini berhubungan dengan sikap dan mungkin saja bisa menjadi sifat. Jawabannya adalah sikap "Menyalahkan". Maksud dari sikap ini adalah kita sebagai manusia sering terjerumus dalam suatu masalah yang berujung kecemasan. Hal tersebut memberi kita kehidupan yang tidak nyaman. Karena tidak nyaman, kita mencari-cari alasan. Alasan itulah yang membawa kita pada sikap menyalahkan sesuatu, orang, atau lainnya. Ya, mencari kambing hitam atas kesalahan pribadi. Kasus dalam hidup seperti ini bukanlah sesuatu yang baru, tetapi manusiawi. Kita hanya sadar akan apa yang kita inginkan, tetapi tidak tahu apa yang telah kita perbuat sesungguhnya. Bisa dikatakan sebagai pelarian hidup atas sesuatu yang telah terjadi, namun bukankah pelarian itu ada dua jenis? Sikap menyalahkan merupakan jenis pelarian yang berujung negatif. Ya, pelarian hidup disebut positif apabila kita telah berusaha dan mencoba untuk memperbaiki hidup menjadi lebih baik lagi. Cukup sulit untuk memahami hal ini, tetapi mari kita ulas pelan-pelan.

Ada sebuah contoh menarik. Contoh ini tidak jauh dari sebuah realita hidup yang kita jalani. Berikut contohnya.

"Ada seorang anak laki-laki yang baru saja terkena masalah berturut-turut. Pertama, ia baru pertama kali jatuh cinta namun ditolak oleh orang yang membuatnya jatuh cinta. Hal ini menjadikan dia laki-laki yang pemurung dan tidak dapat berelasi dengan wanita secara baik. Kedua, setelah ia meraih pengalaman pahit tersebut, ia masih memiliki kekesalan terhadap kedua orang tuanya yang selalu bertengkar. Ia masih terus menjalankan kehidupannya, tetapi hal ketiga muncul. Di tengah perjalanan untuk meraih impiannya, ia diberhentikan karena sikapnya terhadap lingkungan pendidikannya. Lalu kedua orang tuannya yang dulu sering bertengkar, sekarang benar-benar hancur karena ayahnya pergi meninggalkan ibu dan adik-adiknya serta menikah lagi, dan buruknya menikah tanpa bercerai lebih dahulu. Semua hal ini membuat anak laki-laki itu tidak memiliki impian. Ia hanya diam dan tidak tahu harus apa. Ia hanya bisa memuaskan dirinya dengan perasaan yang sepi. Ia tidak percaya lagi pada cinta. Ia tidak percaya lagi pada kasih sayang. Ia membutakan mata hatinya sendiri untuk tidak ikut campur atau ambil bagian dalam kehidupan di luar dirinya. Semua itu ia lakukan karena ia melihat pengalamannya itu."

Bagaiman dengan kita? Contoh di atas membuktikan manusia yang rapuh karena ketidak-harmonisan pikiran, hati, dan pengalaman akan hidupnya. Ia menjadi manusia yang tahu bahwa "Aku adalah Aku, tidak peduli kamu maupun mereka." Ini terjadi karena ia menyalahkan pengalamannya. Ia tidak mau cinta dan kasih sayang, karena pengalaman pahitnya. Begitu juga dengan pengalaman pahit yang lain. Jika dipikir-pikir, orang itu tidak bisa melangkah secara baik. Bisa melangkah, tapi terseok-seok. Ia terlalu menyalahkan kehidupannya. Jika ditanya mengapa tidak mau nikah, pasti jawabannya karena orang tuanya dan pengalaman cintanya yang menyakitkan. Jika ditanya mengapa tidak berelasi, ia menyalahkan lingkungannya yang telah membuatnya kehilangan harapan hidup.

Ya, itulah manusia. Ia masuk dalam pelarian negatif. Sikap menyalahkan segala sesuatu. Kita sadar bahwa kita sering menyalahkan sesuatu yang ada dalam diri kita, di mana hal itu telah memberi dampak negatif dan pengaruh yang menyakitkan bagi perasaan dan pemikiran kita. Kita akhirnya menyalahkan semuanya. Lalu, bagaimana mau melangkah menjadi lebih baik? Caranya hanya satu, yaitu tidak berpikir semua masalah yang ia hadapi adalah penghalang dirinya. Dengan kata lain, kita harus mampu bangkit dan berusaha. Lupakan segalanya yang buruk, kemudian mencoba membuka jendela hati dan melihat matahari hidup baru dalam diri. Tidak perlu mencari kambing hitam dalam hidup dari pengalaman buruk. Kita hanya perlu mencari pengalaman baru. Jika mau melepas semua yang membuat diri jatuh, bukankah diri kita menjadi lebih murni dalam mencari kebangkitan akan kehidupan baru?

Sikap menyalahkan tidak mungkin bisa kita pungkiri. Tapi asal kita sadar saja, bahwa kita tidak harus menyalahkan segala pengalaman hidup kita apabila kita telah masuk dalam keadaan terpuruk. Kita harus bangkit dan membuang semua itu. Kita harus menikmati hidup. Jangan membawa orang lain maupun segala sesuatu yang di luar diri kita apabila kita tidak bisa melangkah. Kita hanya perlu berusaha dan mencari apa yang sebaiknya kita lakukan. Ya, hanya itu saja. Mungkin bisa dipahami.